Tangan ini kian melepuh
Menahan suwiran rindu yang makin memanas
Dan, jenakanya aku tetap bertahan
Liurku kian berceceran
Kala penghidu menghirup aroma lezat suwiran
Dan, kocaknya aku menyesap liurku
Netraku kian membulat
Kala melihat tawanya yang memilin jiwa
Dan, lucunya aku tak bisa memutihkan kenangan hitamku padanya
Tahukah kawan?
Nyatanya rinduku terasa hambar Tak seperti teriakan pohon kurma yang kian menjauh dari utusanNya
cirebon, agustus 2020
sumber gambar rumedia
rumediagrup/nurfitriagustin
*puisi ini dimuat pula di mbludus.com