Terserah atau Masa Bodoh
Komunikasi adalah pondasi utama dalam hubungan antarmanusia, baik dalam keluarga, pertemanan, hingga lingkungan profesional. Namun, seiring perkembangan zaman, pola komunikasi kerap berubah. Salah satu bentuk perubahan yang sering muncul adalah sikap “terserah” atau “masa bodoh”, yang bisa menjadi hambatan tersendiri dalam membangun hubungan yang sehat.
Mengenal Sikap Terserah dan Masa Bodoh dalam Komunikasi
Sikap “terserah” sering digunakan sebagai ekspresi ketidakpedulian atau ketidaknyamanan dalam menanggapi ajakan atau pertanyaan. Hal ini seolah menunjukkan tidak adanya preferensi atau minat dalam suatu diskusi. Sementara itu, sikap “masa bodoh” bahkan lebih jauh, yakni benar-benar tak peduli terhadap suatu isu atau lawan bicara.
Kedua sikap tersebut, jika terlalu sering digunakan, dapat membuat komunikasi menjadi hambar dan mengaburkan maksud percakapan. Bahkan, relasi yang telah terbangun lama pun bisa merenggang jika salah satu pihak terus menerapkan gaya komunikasi pasif ini.
Sikap-sikap ini kerap diabaikan, padahal sebenarnya bisa berdampak negatif dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh sebab itu, penting untuk memahami penyebab, dampak, serta solusi komunikasi yang efektif agar relasi tetap harmonis.
Penyebab Munculnya Sikap Terserah atau Masa Bodoh
Ada banyak alasan mengapa seseorang memilih bersikap “terserah” atau “masa bodoh” saat berkomunikasi. Berikut beberapa penyebab umumnya:
Lelah atau Jenuh dengan Situasi
Sikap ini sering muncul ketika seseorang merasa lelah dengan situasi yang tidak kunjung selesai atau membingungkan. Ketidakpastian atau permasalahan yang berulang membuat individu malas terlibat lebih jauh.
Dalam kasus seperti ini, ungkapan “terserah” muncul sebagai respons pasif yang memudahkan tanpa harus mengambil keputusan sulit. Memahami akar kejenuhan ini dapat membantu lawan bicara untuk menawarkan solusi yang lebih konstruktif.
Ingin Menghindari Konflik
Beberapa orang memakai “terserah” agar tidak terlibat dalam perdebatan atau perbedaan pendapat. Sikap ini adalah bentuk mekanisme perlindungan diri dari situasi yang dianggap berpotensi menimbulkan konflik.
Alih-alih membicarakan masalah dengan jujur dan terbuka, mereka memilih mundur dan tidak mengambil sikap. Dalam jangka panjang, pola ini bisa menyebabkan komunikasi menjadi tidak sehat.
Kurangnya Minat atau Keterlibatan Emosional
Kurang minat atau tidak merasa punya hubungan emosional dengan topik tertentu membuat seseorang seolah masa bodoh. Hal ini juga bisa terjadi karena merasa tidak dihargai dalam pembicaraan sehingga cenderung tidak memberikan kontribusi.
Keengganan memberikan pendapat juga dapat disebabkan kurangnya rasa percaya diri atau tidak terbiasa didengarkan dalam lingkungan sosialnya.
Pengaruh Budaya dan Lingkungan
Beberapa budaya memandang diam atau mengalah sebagai tanda sopan santun. Di sisi lain, gaya komunikasi dalam keluarga atau lingkungan kerja yang otoriter dapat membuat seseorang lebih memilih “terserah” daripada menyuarakan pendapat.
Lingkungan yang tidak mendukung bertukar pikiran juga ikut andil dalam memupuk sikap masa bodoh, karena takut akan penilaian negatif atau pembalasan.
Dampak Sikap Terserah dan Masa Bodoh dalam Komunikasi
Sikap “terserah” atau “masa bodoh” bukan sekadar persoalan kecil, melainkan bisa menjadi sumber masalah yang lebih besar dalam hubungan komunikasi. Berikut beberapa dampak yang dapat muncul:
Gangguan Hubungan Interpersonal
Komunikasi yang tidak jujur dan pasif dapat menimbulkan salah paham di antara pihak-pihak yang terlibat. Lama kelamaan, kepercayaan dan kehangatan dalam hubungan bisa pudar.
Pihak lain bisa merasa diabaikan, tidak dihargai, atau bahkan merasa frustrasi atas sikap apatis yang ditunjukkan. Hal inilah yang sering menjadi pemicu pertengkaran tak berujung.
Stagnasi Pengambilan Keputusan
Ketika satu atau beberapa anggota dalam kelompok bersikap masa bodoh, proses pengambilan keputusan menjadi tersendat. Inisiatif dan diskusi sehat sulit tercipta karena minimnya partisipasi aktif dari seluruh anggota.
Situasi semacam ini tidak hanya memperlambat kemajuan, tetapi juga menurunkan motivasi kelompok untuk mencapai hasil terbaik.
Penurunan Produktivitas di Tempat Kerja
Dalam dunia profesional, komunikasi yang asertif sangat dibutuhkan. Sikap “terserah” bisa membuat rekan kerja kesulitan memahami kebutuhan satu sama lain dan gagal mencapai target yang diinginkan.
Produktivitas secara individu maupun tim menurun lantaran gagalnya koordinasi yang diakibatkan gaya komunikasi pasif ini.
Kesehatan Mental Terganggu
Memendam pendapat karena memilih “terserah” atau “masa bodoh” dapat menimbulkan stres tersendiri. Orang yang tidak menyuarakan isi hatinya rentan merasa tertekan hingga kehilangan kepercayaan diri.
Dalam jangka panjang, tekanan ini bisa memicu kecemasan serta beragam masalah kesehatan mental lainnya.
Pentingnya Komunikasi Efektif dalam Kehidupan Sehari-hari
Mengembangkan komunikasi yang terbuka dan efektif adalah kunci relasi yang sehat dalam berbagai aspek kehidupan. Komunikasi bukan sekadar menyampaikan pesan, tetapi juga berbagi makna, perasaan, dan harapan.
Ada banyak manfaat yang didapat dari komunikasi yang baik, seperti terciptanya kepercayaan, kerja sama, pemahaman antarpribadi, serta suasana yang nyaman untuk bertukar pikiran.
Komunikasi efektif juga memungkinkan individu menyampaikan batasan, keinginan, dan aspirasi secara jelas tanpa menyakiti perasaan orang lain.
Strategi Mengatasi Sikap Terserah dan Masa Bodoh
Menghilangkan kebiasaan komunikasi pasif membutuhkan upaya sadar, latihan, dan lingkungan yang mendukung. Berikut beberapa strategi agar komunikasi lebih positif dan konstruktif:
Latih Kejujuran dan Keberanian Berpendapat
Berani menyampaikan ide atau ketidaksetujuan secara sopan adalah langkah awal yang penting. Bisa dimulai dengan mengungkapkan pikiran kecil seperti makanan yang ingin dipilih bersama teman.
Menyadari bahwa setiap pendapat itu penting membantu seseorang membangun rasa percaya diri dalam komunikasi sehari-hari.
Gunakan Bahasa Tubuh yang Tepat
Kerap kali, sikap “terserah” atau “masa bodoh” tampak lewat bahasa tubuh yang tertutup. Mulailah bersikap terbuka, mengangguk, dan memberikan respon verbal singkat seperti “menurutku…”, “kalau aku sih…” agar lawan bicara merasa dihargai.
Dengan membangun komunikasi dua arah secara positif, proses bertukar pikiran akan semakin mudah.
Bangun Lingkungan yang Mendukung
Lingkungan yang suportif dan terbuka penting agar setiap orang merasa nyaman berbicara. Hargai pendapat, beri apresiasi, serta jadikan perbedaan sebagai kekuatan dalam diskusi.
Dalam kelompok kerja maupun keluarga, buatlah kebiasaan duduk bersama untuk mendiskusikan masalah atau membuat keputusan secara demokratis.
Kelola Emosi dan Dengar Secara Aktif
Mengelola emosi saat berkomunikasi membuat seseorang tetap tenang dan tidak mudah tersulut pertengkaran. Belajar menerima perbedaan tanpa buru-buru marah atau mundur akan membiasakan komunikasi yang dewasa.
Dengarkan lawan bicara sampai selesai sebelum merespons, sehingga pembicaraan terasa lebih berarti bagi kedua pihak.
Intervensi Profesional Jika Diperlukan
Jika komunikasi buruk sudah berlarut-larut dan memengaruhi kesehatan mental, tak ada salahnya berkonsultasi dengan psikolog atau konselor komunikasi. Profesional dapat membantu menemukan pola komunikasi yang lebih baik dan membangun relasi yang sehat.
Layanan semacam ini kini semakin mudah dijangkau, baik secara tatap muka maupun daring melalui platform resmi seperti Alodokter.
Peran Komunikasi dalam Menyelesaikan Konflik
Konflik tidak bisa dihindari dalam kehidupan, namun komunikasi yang baik adalah jalan efektif untuk mengatasinya. Sikap terbuka dalam menyampaikan isi hati dan kebutuhan dapat menurunkan ketegangan di antara pihak-pihak yang bertentangan.
Dengan komunikasi yang jujur dan asertif, kompromi serta solusi win-win lebih mudah dicapai. Salah satu caranya ialah menggunakan kalimat “saya merasa… ketika…” agar lawan bicara tidak merasa diserang secara pribadi.
Menyepakati aturan komunikasi bersama seperti “tidak memotong pembicaraan” atau “tidak membawa masalah lama” juga sangat membantu memperlancar proses diskusi.
Komunikasi Digital: Tantangan Baru di Era Modern
Kemajuan teknologi menghadirkan tantangan baru dalam komunikasi, yakni interaksi lewat pesan singkat, aplikasi percakapan, ataupun media sosial. Dalam komunikasi digital, intonasi dan bahasa tubuh tidak terlihat, sehingga sikap “terserah” atau “masa bodoh” bisa mudah disalahpahami.
Kesalahpahaman kerap terjadi karena pesan yang terlalu singkat, emoji yang ambigu, atau bahkan keengganan membalas chat. Oleh sebab itu, tetap penting bersikap terbuka, memberikan penjelasan jika tidak sepakat, dan menghindari ghosting yang menimbulkan kekecewaan.
Membangun komunikasi digital yang sehat juga meliputi ketepatan waktu membalas pesan dan menjaga etika berbalas chat agar lawan bicara merasa dihargai.
Mengubah Sikap: Dari Terserah Menjadi Komunikatif
Menghindari sikap “terserah” dan “masa bodoh” memang tidak mudah, apalagi jika sudah jadi kebiasaan. Proses ini dimulai dengan kesadaran diri: mengenali pola komunikasi pribadi, alasan di baliknya, serta motivasi untuk berubah.
Berlatih menyampaikan pendapat secara singkat namun jelas bisa dilakukan secara perlahan. Dukungan orang terdekat dan lingkungan sekitar sangat membantu mempercepat proses perubahan ini.
Merayakan keberhasilan kecil dalam komunikasi, seperti berhasil memberi saran saat diskusi, dapat memperkuat motivasi untuk terus bersikap terbuka di masa depan.
Kesimpulan
Sikap “terserah” dan “masa bodoh” dalam komunikasi sering kali lahir dari kelelahan, keengganan terlibat, atau mekanisme pertahanan diri. Namun jika terus berlanjut, pola ini bisa berdampak pada keretakan hubungan, gagalnya pengambilan keputusan, hingga menurunnya produktivitas dan kesehatan mental.
Solusi terbaik adalah mengembangkan komunikasi asertif dengan cara berani berpendapat, membangun lingkungan suportif, serta mengelola emosi dan menyimak dengan aktif. Dengan demikian, komunikasi menjadi alat strategis untuk membangun relasi harmonis, menyelesaikan konflik, dan mencapai tujuan bersama di era yang serba digital ini.
FAQ
1. Apa dampak utama dari sikap “terserah” dalam komunikasi?
Dampak utamanya adalah terganggunya hubungan interpersonal, sulitnya pengambilan keputusan, serta menurunnya kepercayaan dan kualitas komunikasi dalam kelompok atau relasi.
2. Bagaimana cara mengurangi kebiasaan berkata “terserah” saat diskusi?
Cobalah berlatih mengungkapkan pendapat sederhana, gunakan bahasa tubuh yang terbuka, dan dorong diri sendiri untuk berbicara meski hanya satu kalimat dalam setiap diskusi.
3. Apakah lingkungan bisa mempengaruhi pola komunikasi seseorang?
Tentu. Lingkungan yang mendukung, terbuka, dan menghargai pendapat sangat berpengaruh dalam membentuk pola komunikasi yang aktif dan sehat.
4. Bagaimana menghadapi orang yang sering bersikap “masa bodoh” saat berkomunikasi?
Berikan ruang untuk mereka berbicara, ajak diskusi secara perlahan tanpa memaksa, dan tunjukkan bahwa pendapat mereka penting agar mereka merasa dihargai serta mau terlibat lebih aktif.