Karena perempuan adalah keindahan yang paling berharga. (Behind the scenes Nubar perdanaku)
Judul: Keindahan yang Paling Berharga
Penulis: Emmy Herlina, dkk
Penerbit: Rumah Media
Cetakan pertama: September 2018
ISBN: 978-602-52817-9-2
“Perempuan, seharusnya kalian menyadari begitu berharganya diri.”
Aku, seorang bidan yang bekerja di Puskesmas. Namun fokusku bukan di bidang menangani ibu-ibu melahirkan. Aku di sini juga sebagai konselor kesehatan reproduksi.
Itulah sepenggal kisah fiksi dari seorang perempuan yang juga memiliki profesi sebagai bidan. Ada berbagai kisah perempuan hebat yang termuat di buku ini dengan berbagai peranan yang berbeda.
Apakah dia sebagai seorang istri yang sangat berperan penting bagi kesuksesan suaminya. Apakah sebagai seorang ibu rumah tangga yang kadang dipandang sebelah mata. Apakah dia yang turut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan produktivitasnya sebagai guru. Dan banyak peranan perempuan lainnya.
Betapa penting peranannya dalam kehidupan. Perempuan adalah tiang negara. Dari rahimnyalah sosok generasi penerus bangsa lahir dan berkembang. Dialah madrasah pertama bagi keluarganya, pun memiliki banyak nilai guna bagi sesama. Perempuan juga merupakan perhiasan, simbol keindahan yang harus dijaga sebaik-baiknya. Dan tentu hanya perempuan yang sadar akan betapa penting peranannya yang mampu menghargai diri sendiri.
Inilah berbagai kisah yang akan menyadarkan bahwa perempuan adalah keindahan yang paling berharga.
***
Teringat saat pertama kalinya memberanikan diri mendaftar sebagai PJ di Nubar Rumedia. Kala itu, masih dengan keterbatasan area. Jadi mendaftarlah aku sebagai Penanggung Jawab di bawah Area Jawa Timur. Langsung saja kuterapkan sebuah tema: Perempuan.
Kenapa? Tentu karena aku sendiri seorang perempuan. Bukankah perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya kelak? Bukankah perempuan adalah tiang negara?
Dari sebuah iklan di sosial media, tak kusangka, cukup tinggi peminat tema ini. Dalam waktu singkat akhirnya terkumpullah teman-teman peminat tema ini dalam satu grup wa yang kubuat sebagai salah satu kewajiban PJ.
Di antara sekian banyak peserta mendaftar, akhirnya terkumpullah 23
kontributor. Antara lain: Neny Sumarni, Hamni Azmi, Intan Maria Halim, Angrenani sih Panganti Purvitasari, dan lain-lain. Ada juga lelaki yang berkenan menulis di sini seperti Wiznu Aldian dan Arief Elwahdy.
Kemudian, dari sekian banyak cerita, terpilihnya satu kisah, karya Mbak Ade Tauhid menjadi naskah terbaik. Kisah yang diangkat dari karya nyata berhasil memikat tim pusat untuk menunjuknya menjadi naskah terbaik. Simak cuplikannya:
“Waktu itu barep masih sembilan tahun, dan adiknya lima tahun”.
“Jadi Emak sudah lama tidak bertemu keluarga Emak? Apa keluarga Emak tidak mencari keberadaan Emak?” tanyaku.
Mak Tirah menghela napas dalam, lalu melanjutkan ceritanya.
“Tidak, Bu. Emak adalah anak tunggal dikeluarga, orang tua Emak sudah lama meninggal ketika Emak masih SMP. Lalu Emak dipelihara nenek, mungkin itulah yang membuat keluarga abah tidak menyetujui Emak. Karena Emak dianggap anak yang tidak jelas keturunannya,” jelas mak Tirah datar.
Kulihat mak Tirah tersenyum di sela air matanya yang menetes satu-satu, jelas masih ada sesuatu yang terpendam dan menyesakkan di hati mak Tirah.
***
Duh, bikin kepo kan cerita kelanjutannya? Lantas gimana dengan cerita lainnya? Bahkan tak hanya cerita, ada juga artikel di dalam buku ini yang pasti akan bermanfaat bagi seorang perempuan.
Untuk mendapatkan bukunya, boleh hubungi aku di wa 085273642724.
Atau mau coba dulu baca versi e-booknya? Seperti semua buku Nubar, buku ini pun sudah tersedia dalam Google playbook. Tinggal klik link ini.
Lalu ikuti petunjuk selanjutnya untuk pemesanan e-book.
Ingin tengok trailernya dulu? Aku pun sudah membuatkan video trailernya. Boleh simak di sini, ya.
Yang pasti buku ini akan menjadi hadiah spesial bagi sosok yang indah dan paling berharga: perempuan!
rumahmediagrup/emmyherlina