Oleh : Allys Setia Mulyati
Sesaat setelah senja muncul tersirat
Kau pandu jejakku tuk tetap melangkah
Menggait dinginnya kabar ter
surat
Deretan airmata seketika menjurah
Tatapan gersang di atas kubah
Terhentak jiwa yang meratap
Sesekali sandaran itu siap berubah
Sabar tak berkesudahan di usung menetap
Kagum dengan hadirnya kado kisah
Sentuhannya memberi cemilan meresah
Kembali membuka harapan dalam madrasah
Meski sementara termangu setitik mendesah
Jangan membenci karena itu ketetapan
Jangan menghasut bilakah itu tatapan
Meski massa membuat dongkol harapan
Terpatri memuji sang Pemberi Titipan
Porak-poranda memang dirasakan
Keangkuhan tak bisa disejajarkan
Tergelincuh pernah sedikit dihadirkan
Untuk mengenal hidayah kenikmatan
Semua mencengam ujian bagi kearifan
Bercengangan padahal kasih sayang Tuhan
Cenangga itu tak kan pernah kejadian
Selama menerima semua gertak putusan
Jangan engkau sekalipun berkeluyuran
Meski keluna bak harmoni berpelukan
Tetap berharap waktu ini yang di kenangkan
Meraih kedekatan dengan menggembarkan
Ketika datang sebanyak-banyaknya elegi
Berpalinglah untuk melepas sedih menduri
Sentuhan itu hanya setitik rindu sang Pemberi
Berjuanglah demi kelayakan rasa di hati
Mengelak tak usah kita lakonkan
Jalani sepenuh harap ihsanat didatangkan
Meski ikatan kekasih memaksa melepaskan
Maka ketenangan dengan mudah diraihkan
Berlabuh meski tersingkirkan yang dirasa
Agungkan jujur dan laku di sayang berpadan
Sejatinya Dia kan menghunuskan banyak asa
Menepaat kan terselip dikandung badan
Jangan kau celoteh hambar di mana-mana
Karena apa yang terucap lisan kan meruap
Tebarkan suka berujar mesera
Buaian terbaik menjadikan raga merdeheka
Ku sekedar menitip rengkuh keseorangan
Berpijak hanya demi kesungguhan
keanugerahanNya kan selalu berpegangan
Selama cumbuan do’a rindu disandingkan
Jangan sedikitpun membentak kerunyaman
Jikalau memang telah salah berarah
Biarkan Penguasa Hati merangkul nyaman
Janji bahagia di akhir masa tak lagi terjajah luka