Negeri di Atas Awan
Beribu kilometer di atas tanah, duduk manis di dalam burung besi. Saya menikmati sensasi deg-degan saat pesawat take off. Alhamdulillah lancar. Dan kemudian, seiring dengan ketinggian yang perlahan naik, sesuatu yang indah tampak di balik jendela.
Awan! Bergumpal-gumpal seperti bongkahan kapas. Menggemaskan. Sepertinya empuk! Khayalan saya mengawang, enak kali ya tiduran santai di situ.
Pesawat sedikit terguncang. Kali ini menembus kabut pekat asap kelabu. Butiran air keras menerpa badan pesawat. Kami para penumpang serempak berdoa semoga pesawat segera kembali menemukan zona aman.
Dan kemudian mentari kembali cerah. Saya mengintip jendela. Tampak awan kumulonimbus yang lembut dan memanjang. Mirip gula kapas alias arum manis yang menggoda. Serasa pingin mencuwil barang segenggam.
Subhanallah, indahnya awan-awan itu. Tak heran betapa banyak puisi dan lagu yang mengabadikannya. Juga kisah fantasi anak yang mengambil setting di atas awan. Atau bahkan ada yang menggunakan awan sebagai tokohnya.
Dan ternyata di Madinah ada yang namanya Masjid Awan. Kisah waktu itu Rasulullah sedang dalam masa prihatin menghadapi banyak peperangan dengan kaum Quraisy.
Saat Rasul salat di masjid ini, panas begitu menyengat sehingga Allah perintahkan segerombolan awan untuk menaungi tempat salat Rasul. Itulah kenapa masjid di tempat itu dinamakan Masjid Awan.
Subhanallah
Kulihat awan
seputih kapas
arak berarak
di langit luas
Andai ku dapat
ke sana terbang
ingin kuraih, kubawa pulang
rumahmediagrup/meikurnia