New Normal: Antara Keinginan Hati dan Rasa Khawatir

Istilah new normal mulai viral setelah presiden Jokowi mengumandangkan tentang kehidupan baru dalam menghadapi pandemi corona. Karena kalau terus melakukan sosial distancing kehidupan perekonomian Indonesia semakin terpuruk. Dengan diberlakukannya new normal artinya masyarakat harus bisa hidup berdampingan dengan wabah yang sedang melanda negara ini

Sekian lama bergelut dengan kesibukan di rumah , lama-lama jenuh dan bosan melanda. Kegiatan apa pun harus dilaksanakan di rumah. Bahkan anakku sudah mulai protes, bertanya kapan masuk sekolah dan yang terutama adalah pingin bermain ke luar.

“Aduh aku bosen Mah, pingin maen”. Katanya
“Emang mau ke mana ? Kan ga boleh ke mana-mana “. Kataku menjelaskan
Meskipun sekarang sudah tidak ada lagi pembatasan sosial dan sudah berlaku AKB namun aku belum pernah mengajak anak-anak ke luar. Paling mereka ke luar rumah sebatas bermain dengan tetangga. Kalau pun aku belanja kebutuhan sehari-hari, tak pernah mengajak anak-anak. Namun terkadang kasihan juga rasanya ingin sekali mengajak mereka hiburan di luar. Aku selalu memberikan alasan kepada anakku bahwa anak-anak tak boleh ikut belanja. Alhamdulillah sejauh ini dia menerima alasan itu.

Tetapi mungkin karena kelamaan di rumah suatu hari dia juga protes kepingin jalan ke luar.
“Mah, besok maen ke MP ya? “Anakku merajuk.
“Mau ngapain? Kan ga boleh”. Aku bertanya
“Habisnya, aku bosen di rumah terus”. Jawabnya.
Aku kasihan juga mendengarnya. Tiba-tiba aku kepikiran mau beli sesuatu.
“Ya udah, sekarang kamu cepet mandi. Ikut mama! ” Perintahku padanya.
“Mau ke mana Mah?” Tanyanya
” Mau beli buat kado”. Aku menjawabnya.
” Yeeee… “. Dia kegirangan
” Iya cepet, jangan lupa pake masker!” Aku mengingatkan
” Iyaaa Maaah “. Jawabnya

Setelah siap kami berangkat berdua saja. Aku mengajaknya hanya sekedar mengurangi kebosanan dia di rumah. Setelah sampai di toko yang kami tuju, saya langsung mencari barang yang kami inginkan. Saya tak ingin berlama-lama di toko itu. Rasa khawatir masih menyelimuti meskipun kami belanja sudah memenuhi protokol kesehatan. Setelah selesai saya mengajak anak saya pulang.
“Ayo, kita pulang Nak !” aku mengajak anakku pulang.
“Tapi aku belum menemukan celana yang kuinginkan Mah”. Jawabnya.
” Tapi di sini tak ada yang kamu mau Nak, nanti kita cari di toko lain”. Jawabku
” Iya Mah”. Ia menjawab agak kecewa.
Saat kami mau pulang, dia menunjuk ke Mall yang pingin ia kunjungi.
” Mah, main ke sana dulu ya Mah!”. Dia menunjuk ke mall itu.
” Ih jangan, nanti aja”. Aku menolak keinginannya.
” Udahlah Nak, kita pulang aja. Mainnya kapan-kapan kalau udah santai. Lagipula ini udah sore, si mamang yang lagi kerja bakalan pulang”. Aku kembali menjelaskan sambil mengajak anakku pulang.
Ya, meskipun sudah diberlakukan adaptasi kebiasaan baru untuk daerah kami, rasa khawatir masih menghantui. Kami tetap harus waspada dan hati-hati. Bukan seenaknya kami bisa wara-wiri ke sana ke mari. Apalagi masih banyak orang yang berkeliaran tanpa mematuhi protokol kesehatan dalam menghadapi pandemi corona ini. Bahkan di pemberitaan justru orang yang positif corona malah bertambah jumlahnya meskipun jumlah pasien yang sembuh juga bertambah. Antara new normal dan kecemasan masih tetap menjadi dilema bagi kami.

Sumber foto: Jabarnews

Email Hosting