Penyesalan Dindin
Pada suatu pagi yang cerah, dan udara yang sejuk serta embun yang membasahi rumput-rumput di sekitar rumah Pingping.
Hari itu adalah hari minggu dan pasti semua anak sedang libur sekolah.
“Ping, ayo kejar aku!”
Goda Dindin kepada adiknya si Pingping
“Jangan Kak, ayo cepat kembalikan mainanku. Nanti ku adukan kepada umi, kamu pasti kena marah! Sudah mengambil mainan mobilku tanpa ijin. Ayo Kak! Huuu, huuu….”
Mata Pingping mulai membasah, karena kesal kakaknya terus menggodanya dan tidak kunjung mengembalikan mainan mobil-mobilan miliknya, ia pun menangis sekuat-kuatnya dan berharap umi segera pulang untuk membelanya.
“Huh, dasar tukang ngadu. Dasar cengeng, lebih baik kamu mainan sendiri sana jangan ikuti kakak terus tau!”
Melihat Pingping menangis justru Dindin semakin semangat menggoda, dengan pikiran jahilnya justru mainan mobil-mobilan itu dia sembunyikan ke dalam rerimbunan bunga Flamboyan yang tertanam di depan rumah mereka.
Mungkin sudah terlalu lama Pingping menangis, dan iapun lelah agaknya sampai ia tertidur. Melihat adiknya tertidur Dindin berinisiatif untuk bermain sepeda di luar rumah, dan saking asiknya ia bersepeda sehingga Dindin terlupa akan amanah yang di berikan uminya. Yaitu menjaga adik dan tetap tinggal di rumah selama uminya pergi mengantarkan pesanan nasi kuning buat tante Rossy.
Hingga dzuhur, adzan berkumandang baru ia teringat jika adiknya tadi sendirian di rumah, dengan segera ia pulang. Tetapi begitu tiba sampai di depan rumah, ia terkejut karena para tetangganya sudah sibuk memadamkan api.
“Kebakaran! Kebakaran, ayo cepat menyingkir! Segera panggil pemadam kebakaran!”
Ramai orang yang berjubel untuk saling bergotong royong memadamkan api. Dalam kebingungan Dindin melihat rumahnya terbakar, ia kebingungan mencari adiknya. Sambil menangis bocah usia kelas 4 SD itu berteriak memanggil, “Pingping …! Kamu di mana? Pingpinggg….!”
Teriaknya lebih kuat lagi sambil menangis.
Tiba-tiba Pingping keluar dari salah satu rumah tetangganya, yang tadi berusaha menyelamatkannya dari kobaran api. Ternyata, setelah ditinggal Dindin pergi awalnya Pingping tertidur tapi begitu terbangun dan sendirian di rumah akhirnya Pingping mencari mainan mobil-mobilan yang tadi di sembunyikan kakaknya. Tapi saat mencari mainan tadi justru ia malah menemukan korek api dan dengan iseng ia bermain korek api tepat di bawah sofa hingga kebakaran itu terjadi.
“Maafkan aku, Kak.”
“Iya, Ping maafkan kakak juga yang sudah meninggalkanmu sendirian, tidak mentaati pesan umi untuk menjaga rumah.”
Kedua adik beradik itu menangis sambil berpelukan, hingga tidak beberapa lama umi dan abi mereka pun juga sudah kembali datang. Dindin pun hanya mampu meminta maaf kepada umi dan abi karena keteledorannya.
Hikmah yang diambil; tetaplah amanah dan menjaga pesan orangtua
#Nubar
#NulisBareng
#BerkreasiLewatAksara
#MenulisMengabadikanKebaikan
#TemaCeritaAnak
#RumahMediaGrup
rumahmediagrup/lellyhapsari