Cukup lama aku tahu dia. Namun hanya sekadar tahu saja. Padahal kami bekerja dalam satu instansi, selisih satu tahun aku bekerja dalam satu instansi dengannya. Sekitar lima tahun aku sudah tahu bahwa ia merupakan rekan sekantor. Tak perlu teman aku menggali informasi tentangnya. Untuk apa juga aku mengenalinya lebih dekat? Toh tidak ada kepentingan apapun dengannya.
Namun suatu saat kami berdua mendapatkan undangan dari Dinas Pendidikan terutama Suku Dinas Pendidikan Menengah. Kami diminta ke sana dan berdua. Padahal aku tak begitu tahu siapa dia, apalagi mengenalnya. Karena kami jarang berkomunikasi walaupun kami bekerja dalam satu instansi.
Ia sosok pria yang pendiam dan santun. Semua teman disapa saat bertemu dengannya. Pria ini berperawakan sedang, berkulit sawo matang, dan sedikit berbicara. Penampilannya santai, rambut sedikit panjang, ciri khasnya selalu memakai topi. Banyak kaum pria mengedepankan penampilan, rambut pendek dan klimis, baju licin terdapat garis lurus setrikaan. Wangi parfum tercium saat pria itu lewat.
Namun berbeda dengan pria ini, tak ada gambaran sama sekali pria pada umumnya. Tak ada rapi sama sekali, apalagi wangi parfum tak pernah tercium. Aroma menyengat bau asap rokok yang sering terhirup saat dia lewat di hadapan. Pria yang cuek tapi tetap santun. Kesantunannya menutupi banyak kekurangan pada dirinya.
Lepas peristiwa pemanggilan dari sudin itu, kami mulai bertukar nomor telepon. Tak memerlukan waktu lama dia mengenalku, dua hari setelah panggilan tersebut ia berusaha mendekatiku. Rupanya dia terpesona saat pandangan pertama, cie cie … Tak ada yang istimewa pada diri pria ini. Butuh waktu aku membuka hati untuknya.
Namun karena kesabaran dan keseriusan dia untuk menjadikan aku istrinya. Aku mulai memberikan jawaban tetapi tanpa pasti. “Ya, lihat saja nanti, jika kita berjodoh pasti Allah akan pertemukan kita dalam sebuah ikatan penikahan.” itulah jawabanku, ketika ia hadir langsung berniat menjadikan aku istrinya. Karena ada hal yang tak kusukai padanya, bukan karena fisik atau apapun melainkan karena ia sosok perokok aktif.
Aku mencoba memberikan kesempatan kepadanya. Aku pasrahkan semua kepada Allah, karena hatiku hanya milik Allah. Allah yang membolak balikkan hati hamba-Nya. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang .” (QS. Maryam: 96)
Ternyata, Allah menjadikan ia jodohku. Sebelum dia menikahiku, aku memberikannya persyaratan. Bukan persyaratan memberikan mahar yang besar atau emas lempengan. Aku hanya memberikan kesempatan ia untuk berusaha menjauh dari merokok. Aku yakin bahwa suatu Allah akan mengetuk hatinya untuk menghentikan kebiasaan dan kecanduan terhadap rokok.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.S. Al-Baqarah : 186)
Mungkin karena memang keseriusannya untuk menikahiku. Ia menyanggupi persyaratan itu. Bagi perokok aktif sepertinya sangat sulit dilakukan. Dari kisahnya, ia pernah merokok sejak usia sangat belia. Baru duduk di kelas 6 sekolah dasar ia sudah mencoba-coba merokok, hingga kuliah ia tetap merokok. Sampai bekerja pun ia masih merokok.
Ia berjanji akan berhenti merokok setelah menikah denganku. Memang dari niatnya saja bukan karena Allah. Akan tetapi aku berharap suatu saat ia akan berubah. Hingga saat nya menikah ia masih merokok, sungguh sulit ternyata berhenti merokok itu. Keyakinanku semakin kuat ketika kulihat salah satu ayat yang kutemukan dalam Alquran, Allah saja Maha Pencipta mampu memaafkan, bagaimana aku?, siapa aku?
“Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu, maka katakanlah: “Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-An’aam : 54)
Enam bulan sudah berlalu, Alhamdulillah kami diberikan kepercayaan untuk menjadi orang tua. Allah telah menitipkan seorang bayi dalam rahimku. Suamiku mulai bertekad untuk berhenti merokok. Memang sulit untuk menghentikannya.
***
Beberapa tahun kemudian, aku mulai bertanya bagaimana caranya hingga bisa berhenti merokok hingga sekarang. Pada akhirnya suami bercerita, bahwa memang sulit berhenti merokok itu. Jika tak ada niat untuk berhenti, tak pernah bisa berhenti.
Suami menceritakan bahwa ia merokok semenjak sekolah dasar. Ia pernah merokok sehari hingga dua bungkus. Ketika mulai menjadi pendidik ia mulai mengurangi merokok. Waktu yang sulit untuk ia merokok, seharian berada di lingkungan sekolah. Bila mulutnya mulai terasa asam. untuk menghilangkan rasa asam itu ia memakan permen. Ia coba setiap mulut terasa asam, ia mengemut permen.
Usaha yang ia tempuh untuk menghilangkan kecanduan rokok sejak aku mulai mengandung. Ia juga menyadari bahwa merokok itu sangat berbahaya, apalagi perokok pasif. Ia takut istri dan anaknya mengalami gangguan kesehatan. Rokok yang ia isap dari dua bungkus sehari, mulai berkurang satu bungkus, kemudian berkurang menjadi setengah bungkus.
Lama kelamaan akhirnya menjadi dua atau tiga batang dalam sehari, itupun mencuri-curi waktu, saat merokok. Ia tak berani merokok di rumah, paling ia lakukan merokok di kamar mandi atau sembunyi-sembunyi saat tak ada orang. Paling sudah tercium saja bau asap rokok di kemejanya.
Kebiasaan merokok itu sudah mulai berkurang banyak, saat putra pertama kami lahir. Pernah juga sih tercium bau asap rokok, ketika ditanya kenapa masih merokok saja? Tidak enak dengan teman yang memberikan rokok. Aku marah saat mendengar bahwa ia masih merokok karena tidak enak dengan teman.
Sungguh sulit kebiasaan merokok itu hilang seratus persen, hanya orang-orang yang berniat dan bertekad kuatlah yang mampu menghentikannya. Memang dari awal suami berhenti merokok karena ingin menjadi suamiku, tetapi lama kelamaan ia menyadari bahwa merokok itu pun berbahaya baginya dan orang lain.
Bagiku, perjuangan suami untuk menghentikan kebiasaan merokok itu menjadi suatu hal yang patut aku hargai, perjuangannya untuk lepas dari kecanduan merokok itu menjadikan aku semangat untuk mendukungnya, agar lepas dari rokok tersebut, bukan aku jauhi melainkan aku memberikan dukungan agar terbebas dari kecanduan merokok.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al-A’raaf: 56)
Bagi para pria yang masih berjuang dengan menghentikan kecanduan dari merokok, semangatlah tidak ada yang tak mungkin, semua bisa terjadi.
- Pertama kuatkan niat dan iman
- Perbanyak membaca buku atau artikel tentang bahaya rokok.
- Pikirkanlah orang-orang yang kita sayangi.
- Mencoba menjauhi dari orang yang sedang merokok.
- Gantilah kebiasaan merokok dengan mengemut permen atau makan lain
- Berusahalah terus untuk menghentikan kebiasaan itu
- Bertawakallah kepada Allah.
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah pengawas atas kamu.” (QS An Nisa : 1)
Begitulah sederetan perjuangan suami untuk lepas dari kecanduan merokok, memang awalnya sangat sulit untuk dihentikan. walaupun pertama niatnya hanya karena calon istri, semoga kini niatnya sudah berubah karena Allah. Semoga Allah senantiasa memberikannya kesehatan lahir dan batin. Aamiin Ya Rabbal Aalaamin
Wallahu Alam Bishowab
rumahmediagrup/suratmisupriyadi
Photo by u0410u043du043du0430 u0420u044bu0436u043au043eu0432u0430 on Pexels.com