“Administrasi kelas sudah lengkap?”
Bibirku tersenyum melihat Ibu Herti, seniorku yang masih serius menatap layar leptop.
Merasa tidak ditanggapi, aku duduk diam disebelahnya, melihat-lihat dokumen yang sudah di cetak.
“Pusing.”
Tangannya yang besar menekan kening.
Yah, inilah fenomena yang sering terjadi. Administrasi dibuat pada saat akan dinilai.
Capek sekali dong, menyusun administrasi satu semester dalam satu minggu. Bukan cuma capek aku pikir, tapi melelahkan. Belum lagi beberapa administrasi yang berisi penilaian peserta didik.
Harus seorang genius agar bisa merekam nilai-nilai puluhan peserta didik yang berjalan sudah satu semester.
Jika melihat aplikasi penilaian K13 (kurikulum 2013), banyak sekali nilai yang harus dicantumkan, ada nilai harian, penilaian tengah semester dan penilaian akhir semester.
Belum lagi harus membuat jurnal penilaian sikap spiritual dan sosial yang dapat diisi hanya dengan melakukan pengamatan. Kalau ini dikerjakan setiap selesai memberikan ujian, yakin deh hasilnya maksimal.
Bayangkan kalau seorang guru harus mengingat nilai yang diberikan enam bulan terakhir.
Impposibel saya pikir, jika nilai itu dapat dituangkan dengan benar sesuai kenyataan.
Dokumen pribadi
Refleksi buat diri saya sendiri, kenapa kita suka menunda pekerjaan?
Bahkan terkadang menumpuknya, menunggu mood dengan alasan kalau tidak mood hasilnya kurang maksimal.
Alih-alih hasil pekerjaan akan maksimal, kalau sudah menumpuk, ditambah dikejar deadline…
Dijamin yang muncul kalimat “Yang penting ngumpulin.”
Pekerjaan ringan terasa berat. Sesuatu yang mudah menjadi sulit.
Apa susahnya menuliskan hasil penilaian harian ke jurnal nilai pada saat pelaksanaan ujian?
Hanya butuh sedikit waktu ditambah kemauan. Hasilnya pasti lebih memuaskan.
Rumahmediagrup/srisuprapti