Keluarga Pak Willy baru saja mengunjungi orang tuanya di kampung dan sore harinya memutuskan untuk balik ke kota. Mobil Pak Willy jalan melambat melewati tikungan hutan lindung, tiba-tiba dari balik semak-semak muncul anak monyet. Dengan cekatan Pak Willy menginjak rem mobilnya, beruntung tak sampai menabraknya. Anak monyet itu kelihatan terkejut, ketakutan dan kebingungan.
Pak Willy menghentikan mobilnya dan segera turun dari mobilnya. Menghampiri anak monyet yang sedang ketakutan.
“Syukur Ma ! anak monyet ini gak kenapa-kenapa !” teriak Pak Willy kepada istrinya yang masih berada dalam mobil.
“Sebaiknya taruh di pinggir jalan lagi, Yah,” timpal istrinya.
“Tapi jika tinggalkan dia di sini, apakah akan bertemu dengan induk dan kawanannya ? Bisa-bisa malah akan tertabrak mobil yang lewat. Bagaimana kalo kita bawa pulang dan jadi hewan peliharaan kita,” ujar Pak Willy.
Begitulah, akhirnya anak monyet tersebut dibawa pulang oleh Pak Willy. Anak-anak Pak Willy menyambut dengan senang hati karena mereka menyukai hewan. Anak monyet itu sekarang menjadi hewan peliharaan keluarga Pak Willy. Smooth, begitu mereka memberi nama pada anak monyet karena bulunya yang hitam halus dan lembut.
Keluarga Pak Willy memperlakukan layaknya anggota keluarga, mengajari Smooth berjalan dengan dua kaki, mengajaknya bermain, mengajari berbagai kebiasaan yang dilakukan manusia, mengenakan pakaian dan memberi makanan layaknya manusia. Hingga akhirnya Smooth bertingkah seperti halnya manusia pada umumnya.
Suatu hari keluarga Pak Willy berencana pergi berlibur, mereka berencana pergi ke kebun binatang. Persiapan dan perbekalan telah disiapkan istri Pak Willy. Smooth tentu saja diajak, dengan mengenakan baju dan sepatu baru dengan bangganya di depan cermin ia berputar-putar melihat dirinya,
“Betapa gagah dan tampannya diriku,” pikir Smooth sambil senyum-senyum mengagumi dirinya sendiri.
“Smooth ! Ayo segera,” ujar sulung Pak Willy sambil mengulurkan tangannya untuk menggandeng tangan Smooth, mereka menuju mobil dan siap berangkat.
Sesampainya di kebun binatang, tampak wajah-wajah keluarga Pak Willy bahagia begitupun dengan Smooth. Memasuki pintu gerbang kebun binatang disambut dengan cipratan air yang berasal dari air terjun yang tepat terletak di depan. Smooth tampak melompat-lompat kegirangan saat wajahnya terkena cipratan air.
Sampailah keluarga tersebut di area primata, banyak jenis dan ragam monyet di dalamnya. Monyet-monyet bergelayutan di atas pohon. Tak sedikit pengunjung yang memberi makan monyet-monyet tersebut.
Hewan itu berlagak dan bertingkah layaknya manusia. Dengan memakai celana dan kemeja lengkap dengan dasi kupu-kupu mungilnya. Berjalan tegak menggunakan kedua kakinya dengan angkuhnya melewati kawanan monyet-monyet lain yang dahulu merupakan teman sepermainannya.
“Hai ! teman-teman bukannya dia itu sih Moni teman kita dulu. Kenapa ia jadi dandan seperti boneka dan berjalan seperti manusia ?” ujar salah satu kawanan monyet.
“Hai Moni, ayo main ! kau masih ingat kamikan ? Ayo kita main sambil manjat pohon dan bergelantungan di batang-batang pepohonan, asyik lho !” ujar monyet berbulu kecoklatan.
Namun Smooth berjalan dengan kedua kakinya sambil menggandeng tangan si sulung. Berjalan dengan percaya diri tanpa menghiraukan teriakan-teriakan para monyet. Monyet-monyet mengikuti Smooth dengan terus bersuara,
“Moni, apakah kamu tak kasihan pada ibumu ! Semenjak kepergianmu ia selalu bersedih.”
Lagi-lagi Smooth tak menghiraukan teriakan temannya. Tiba-tiba ada pengunjung yang melemparkan kacang pada kerumunan monyet, segera para monyet menghampirinya dan berebutan. Seketika juga Smooth melepaskan pegangan tangannya dengan si sulung. Smooth segera berlari dan tanpa sadar berkabung dengan kawanan monyet yang tengah berebut kacang.
Smooth tak menghiraukan panggilan Pak Willy dan anak-anaknya. Ia terlalu asyik dengan kacang-kacang yang dilemparkan para pengunjung. Tanpa disadarinya Smooth semakin jauh meninggalkan keluarga Pak Willy.
***
Selayaknya jika memelihara hewan, perlakukan sesuai kodratnya. Janganlah menjadikan hewan peliharaan sesuai kemauan kita, cukup disayang dengan cara merawatnya dengan baik.
Sumber Gambar : Metroworld.id
rumahmediagrup/She’scafajar
Bu seru ceritanya