Tubuh rapuhRentan berkalung kabutMenusuk rongga, melukaiInikah tanda aku akan kembali? Mata pudar, berat berkaratLelah menerpaUsia tlah merasa payahWaktunya kan tiba

Tubuh rapuhRentan berkalung kabutMenusuk rongga, melukaiInikah tanda aku akan kembali? Mata pudar, berat berkaratLelah menerpaUsia tlah merasa payahWaktunya kan tiba
ALAM PERANTARA Pergilah iaMasuk ke alam perantaraBila jasad tak berlakuRuh kekal selamanya Perlukah jasad ituApakah terbungkus kafanAtaukah hancur leburTak laku
DEKAT Dan tatkala ia datang tanpa kabar yang dititipkannya pada angin.Engkau menugasinya dengan kabar duka kepada pemilik nyawa sementara.Ketika tak
SEPENGGAL ASA Seluruh jiwaku berteriak meronta mencari diri-Mu, Wahai Tuhanku.Entah kapan Kau menjawab panggilan dalam setiap doa-doaku.Pantaskah aku di hadapan-Mu
SEDIH Suruh saja angin membaca jiwa yang merontaEntah gemuruh ombak akan membela hati yang gundahDia Mahatahu apa yang ada di
MALAM Mihrab alam tartutup permadaniAlam menyambut tengadah jari-jari menjelang pagiLangit bertabur bintang menjadi saksi hamba yang bercengkerama kepada Sang PenciptaAnugerah
DOA TUK NEGERIKU Dari dalam lubuk hati terdalamOh, negeriku yang tak pernah hilang dari tulusnya cintaku padamuApa sebenarnya yang terjadi
BISU Bibir ini membeku tak mampu berucapIngin kuungkapkan asa yang belum terbayarSulit kumulai dari mana berawalUrungkan niat bergejolak melebur angan
Lambaian Kematian Aku masih tak pahamTak paham kapan kau datangEntah kapanAku belum siap menerimamu Aku berharap kau masih jauh darikuAku
Kini Kubahagia? Kini kutemukanPendamping hidupku yang lama kuidamkanDi usiaku yang mendewasakanSemoga bahagia kudapatkan Dia bukanlah dirimuDia tidak sama denganmuApakah dia
Biarlah Kusendiri Cinta kita kan abadiHingga ajal kan tiba nantiWalau saat ini aku sendiriNamun aku bahagia melihatmu kini Kurelakan kau
Untukmu Kau terbaring di sanaDalam kubur bumi Sang MahakuasaDalam surga-Nya Sang MahaperkasaSenyummu, tatapmu, selalu hadir di sini Kau meninggalkan kitaWaktumu
Hanya kepadaNya kita bertaubat dan berserah diri
Melawan Corona CoronaKau sungguh misteriusKehadiranmu bukan sebagai tamu khususKarena engkau adalah virus CoronaKau datang dengan mengejutkanAsalmu dari China di Kota
Damai Impian Tak harus selaras, juga mungkin tak senadaPerbedaan ini ada, hidupkan suasanaKala di Barat kau nyalakan lenteraBersanding tapi tak
Waktu itu pada hari ke-4 murid-murid yang belajar di rumah, mulai merasakan kejenuhan. Bagaimana tidak mereka belajar dengan orang tua,