Hai, Adik Kecil Adik kecil Tahukah kamu ? Di luar sana dunia begitu indah Warna warni menghias setiap sudutnya Bermacam
Tag: belajar menulis puisi
Pagi
Pagi Pagi Selalu berikan awal yang tak terduga Satu saat Ia datang dalam cerah ceria Berselimut hangat mentari Beriring sejuknya
Memandangmu
Memandangmu Layaknya pesona pagi Menyapa penuh cinta Segarnya angin dingin Bangunkan raga yang kaku Berselimut mimpi Tak lekang oleh waktu
Setulus Hati
Setulus Hati Tersentak Terbangun Karena sebuah dorongan rasa Terbuka mata Termenung sejenak Mencoba merasa Menerka Memahami Makna sebuah getar Yang
Band of Brother
Band of Brother Bertemu Bersatu dalam satu semangat Berpegang teguh satu niat Bersama memeras peluh Melangkahkan kaki Hingga tak mampu
Dalam Hujan
Dalam Hujan Coba dengarkan, adikku Nyanyian rintik hujan Iringi langkah kaki Basah menyapu jalan Ditemani hangatnya dingin pagi yg menyapa
Selamat Pagi, Pak Hakim Yang Mulia
Selamat Pagi, Pak Hakim Yang Mulia Ucapan terima kasih saya haturkan Kesempatan berharga tak ternilai Berdiri di muka majelis
Semua Karena Allah (Sebuah Puisi)
Semua Karena Allah (sebuah puisi) Kenapa manusia dilahirkanKenapa alam diciptakanKenapa angin dihembuskanKenapa sungai dialirkan Mengapa bermata tapi tak melihat?Mengapa bertelinga
Purnama Baru
Purnama Baru Seiring gagahnya sang jago berseru Bangunkan mereka yang masih terlelap Terjebak dalam mimpi penuh hiasan Sebuah
Aku Anak Kereta Api
Aku Anak Kereta Api Ya, begitulah mereka dulu memanggilku Panggilan yang di awal mengganggu Bahkan ada saja yang menggoda Bahwa
Pengakuanku Hari Ini
Pengakuanku Hari Ini Seiring siang beranjak petang Tenaga penuh kini sedikit tersisa Langkah pelan menyusuri pagi Jejak kasar telapak
Satu Pagi Di Hari Sabtu
Satu Pagi Di Hari Sabtu Sinar mentari menembus sela bilah jendela Pelan menjalari kulit kasar hitam yang tengah terlelap
Ketika Perhatian Dunia Teralihkan (Sebuah Puisi)
Ketika Perhatian Dunia Teralihkan Seorang gadis sedang duduk di tamanLangsing dan cantik rupawanWanginya pun kalahkan bungaCeriakan tiap mata memandang Suatu
Mereka
Mereka Mereka Menjadi saksi Betapa panjang perjuangan bangsa Lepas dari cakar pemangsa Tuan pengeruk negara kaya Demi hasrat dunia Mereka
Dalam Keremangan Malam
Dalam Keremangan Malam Duduk merenung memandang Sebentuk buku tebal lusuh berdebu Tersimpan rapi di ujung pandang Ada rasa
Warisan Masa Lampau
Warisan Masa Lampau Sebentuk harta berkilauan Tersimpan dalam peti-peti berukir klasik Buah benak para pemikir Mahakarya pujangga ternama Petuah bijak
Terpilih
Terpilih Itulah dirimu Menyeruak diantara berjuta pilihan Satu sosok yang hadir di ujung pencarian Sekian lama hati ini
Hai, Mata Lentik
Hai, Mata Lentik Kemarilah, mendekat pada bunda Ingin kupandangi indahnya bola matamu Tatapan yang tak pernah berubah Sejak
Ketika Semilir Angin Pagi Menyapa
Ketika Semilir Angin Pagi Menyapa Sang mentari mengintip dari sela dedaunan kering Sejenak ia bersembunyi Sebelum jutaan pasang mata Menanti
Mencintai Secara Dewasa (Satu dari Rangkaian Puisi Karyaku)
Mencintai secara dewasa (satu dari rangkaian puisi karyaku) Aku menuliskan ini bukan tanpa alasan. Hal ini dikarenakan sebuah buku antologi