Suatu Pagi di Solobalapan Mentari masih malu-malu tampakkan wajahnya Pendaran sinar berhias awan sisa semalam Semilir dingin angin berhembus
Tag: menulis ide
Terpilih
Terpilih Itulah dirimu Menyeruak diantara berjuta pilihan Satu sosok yang hadir di ujung pencarian Sekian lama hati ini
Hai, Mata Lentik
Hai, Mata Lentik Kemarilah, mendekat pada bunda Ingin kupandangi indahnya bola matamu Tatapan yang tak pernah berubah Sejak
Ketika Semilir Angin Pagi Menyapa
Ketika Semilir Angin Pagi Menyapa Sang mentari mengintip dari sela dedaunan kering Sejenak ia bersembunyi Sebelum jutaan pasang mata Menanti
Pernahkah?
Pernahkah? Dalam seiris kedipan mata Ketika lintasan kenangan hadir kembali Mengisi satu ruang istimewa Dalam relung kalbu Ingatan
Tahukah?
Tahukah ? Senyummu adalah penyemangat hariku Seperti pagi yang setia menyapa Lembut hawa membawa semangat baru Segar mengisi
Selamat Pagi, Manisku
Selamat Pagi, Manisku Apa kabarmu di fajar yang indah ini ? Seutas senyum menghias bibir mungil Jadi jawaban sederhana
Kejujuran
Kejujuran Sebuah nilai mulia kehidupan Salah satu wasiat terbaik nenek moyang Diturunkan setiap generasi berganti Tanpa sela tanpa henti
Pagi Ini
Pagi Ini Merdu seruan subuh membangunkan Sadarkan diri dari sebuah cerita imajinasi Bunga tidur temani istirahat Terasa begitu
September
September Ceria Milik kita bersama Senandung merdu si burung camar Iringi terbitnya fajar Ada harapan tersembunyi dalam