Dalam Memori Dalam memori Kehadiran sang kenangan Yang menyapa dalam sunyi Berbisik mengajak hati Menelusuri kembali jejak yang tertinggal Betapa
Tag: puisi rindu
Di Ujung Penantian
Di Ujung Penantian Dalam bayang gelap Hanya berteman setitik cahaya Tak terlihat Namun dapat terasa Hangatnya mentari Jadikan teman dikala
Foto
Foto Sebentuk gambar penuh makna Segurat kisah perjalanan manusia Banyak cerita Kenangan yang tersimpan Ada sejuta rasa bercampur didalamnya Tawa
Maaf
MAAF Maaf Tahun ini tak mampu kunjungi Mereka yang rindukan hadir Sosok si anak rantau Yang mengadu nasib di tanah
Tentang Dia
Tentang Dia Ramadhan Berbagai rasa sambut kehadirannya Yang gembira Berjumpa kembali Sang bulan teristimewa Tak terhitung Berkah pahala mengalir deras
Keteguhan Cinta
Keteguhan Cinta Bulan itu masih tetap sama Seperti saat pertama kali kita berjumpa Dalam sepi yg tak terhingga Tanpa sadar
Ketika Dua Berjumpa
Ketika Dua Berjumpa Ketika dua warna berjumpa Ketika dua rasa bersua Bertukar cerita Sejenak tertawa dalam gembira Kala mengenang masa
Satu Yang Tersisa
Satu Yang Tersisa Ada satu yang tersembunyi Terangkai dalam untaian waktu Tersimpan rapi dibalik tabir sunyi Malam indah yang banyak
Dalam Syair
Dalam Syair Duhai adinda Teriring dentingan gitar sederhana Mencoba menemukan Melodi terindah Mencari merdunya Paduan suara enam senar Menemani alunan
Rindukah?
Rindukah? Rindukah? Pagi menyambut sang bulan terindah Angin berhembus pelan Syahdu iringi mentari yang mulai merekah Ia tersenyum Bahagia rasa
Semoga
Semoga Lengkingan peluit Nyaring membelah sunyi pagi Mata yang nyaris terpejam Selepas subuh Terbuka dengan terpaksa Tirai lusuh jendela kusibak
Teman, Rindu Ini
Teman, Rindu Ini Sejenak Memandang mereka yg tertawa gembira Mengingatkan saat masih bersama Dalam segala suasana Canda tawa Terkadang berbagi
Sahur Pertama
Sahur Pertama “Kakek, ayo bangun. Kita sahur yuk” Suara lirih merdu memanggil Bangunkan sepasang mata yang masih terkantuk Belum lama
Sebentar Lagi
Sebentar Lagi Tak terasa Detik perlahan menggelitik Suara lemahnya kian menggaung Dan kini semakin nyaring Sebentar lagi Ia akan datang
Memori
Memori Kala berjanji jumpa Di sudut ramah biasa bercengkrama Duduk bersandar dinding lusuh Berhias pewarna kusam tak terawat Saat berkesan
Nur Illahi
Nur Illahi Menyentuh cahaya Mencoba menggenggam sekelebat sinar Memancar dari Sang Pemilik Cahaya Coba raih dalam kepalan tangan Hangatnya yg
Tak Sengaja
Tak sengaja Dalam suatu waktu Tanpa terencana Tak terduga Kita berjumpa Setelah sekian windu terpisah Hanya berkabar lewat selembar kertas
Mereka Yang Terdiam
Mereka Yang Terdiam Sebuah pagi yang cerah Langit biru tanpa awan Bersih tanpa warna lain Dua sahabat duduk berdampingan Terdiam
Semoga Esok
Semoga Esok Ketika awan menyambut dalam pagi Terdiam berdiri di ujung pandangan Mematung menelusuri ingatan Takjub dan haru berbaur Dia
Saat Senja
Saat Senja Duduk di sebuah kursi kayu Bersandar pada sebilah yang mulai rapuh Menikmati senja yang mulai meredup Berteman secangkir