Ada kerinduan saat suaranya tak muncul. Setiap kali aku datang dia sudah tidur. Tidur yang pulas itu tak mungkin kuganggu, jika hanya untuk melepas rasa lelah yang bersemayam di tiap jengkal tubuhku. Kubiarkan suasana lengang dan hanya suara deru motor dari kejauhan timbul tenggelam.
Rutinitas seperti biasa, aku persiapkan diri pada detik-detik menuju shalat magrib. Sebenarnya ada mushola kecil di balik kamar ini. Namun aku lebih nyaman shalat di kamar, karena di kamar sudah ada kamar mandi. Jadi sekalian mandi ganti baju dan shalat. Itu kulakukan jika tidak shalat berjamaah.
Suara pintu diketuk dan kupersilahkan masuk. Ternyata Si Kecil yang selalu kurindukan di setiap saat. Dia masuk kemudian menyapa dan mengajak shalat berjamaah. Dia kenakan mukenah untuk siap memulai shalat. “Uti, Allahu Akbarnya yang banyak yaa!” Permintaannya kuiyakan, meski aku kurang mengerti apa maksudnya. Keburu waktu shalat magrib habis.
Shalat kumulai, setelah takbir kusiapkan untuk baca Al-Ffatihah. Namun apa yang terjadi. Si kecil mengucapkan takbir dengan lantang “Allahuakbar” dengan innocence tentu ya meski aku tak memandang tingkahnya dan shalatku pun menjadi tidak khusyuk. Di sampingku terasa bayangan tangannya diangkat dan mengucapkan lagi dengan lantang “Allahuakbar” sejenak kemudian takbir lagi “Allahuakbar” layaknya sedang melaksanakan shalat Idul Adha. Rupanya dia menirukan imam pada saat melaksanakan salat Idul Adha. Yaah… Itulah titik kerinduanku terukir.
Asparaga, 04082020
Foto karya: Nurilatih
Alhamdulillah, Terimakasih ilmunya.
Inggih… Terimakasih kembali mbak Ziah Rahmah
Maaf baru balas
Iya Bu, tidak apa-apa…