7 Langkah dalam Fenomenologi

Fenomenologi merupakan salah satu pendekatan dalam filsafat dan penelitian yang kerap dipilih untuk memahami makna pengalaman subjektif seseorang. Lebih dari sekadar menjabarkan fakta, fenomenologi berusaha menyingkap esensi pengalaman manusia secara mendalam. Dalam praktiknya, terdapat tujuh langkah khas fenomenologi yang menjadi pedoman utama peneliti dalam mengeksplorasi realitas subjektif tersebut.

Pendahuluan pada Fenomenologi

Fenomenologi berasal dari kata Yunani ‘phainomenon’ (apa yang tampak) dan ‘logos’ (ilmu). Pendekatan ini dipelopori oleh Edmund Husserl pada awal abad ke-20. Fenomenologi kini banyak diaplikasikan dalam psikologi, sosiologi, pendidikan, dan juga penelitian kualitatif.

Inti fenomenologi adalah memahami fenomena dari sudut pandang orang yang mengalaminya. Dengan menunda penilaian (epoche) dan berfokus pada pengalaman asli, peneliti dapat mengungkap makna yang tersembunyi di balik pengalaman sehari-hari.

Tujuan dan Manfaat Fenomenologi

Tujuan utama fenomenologi adalah menyelami realitas subjektif berdasarkan pengalaman individu. Hasil penelitian fenomenologi kaya akan makna, mendalam, serta mampu menjangkau aspek-aspek emosional maupun kognitif dari sebuah fenomena.

Fenomenologi sangat bermanfaat untuk mengembangkan teori, memahami persepsi masyarakat, hingga menggali kebijakan berbasis pengalaman nyata. Metode ini pun membantu mengidentifikasi kebutuhan dan solusi yang lebih manusiawi.

Karakteristik Fenomenologi

Fenomenologi memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari metode penelitian lain. Karakteristik ini meliputi keterbukaan, fokus pada pengalaman, dan proses reduksi data yang berulang.

Peneliti fenomenologi memprioritaskan keberpihakan pada pengalaman partisipan dan penggunaan bahasa mereka sendiri. Selain itu, proses analisisnya menuntut keberanian melepaskan prasangka pribadi.

7 Langkah dalam Fenomenologi

Pemahaman tentang fenomenologi akan semakin matang jika mengetahui tujuh langkah utamanya. Setiap langkah saling berkesinambungan dan harus dijalankan dengan seksama agar penelitian menghasilkan insight yang mendalam.

1. Menentukan Fokus Fenomena

Langkah pertama adalah menentukan fenomena apa yang ingin diteliti. Peneliti harus memilih fenomena yang benar-benar belum dipahami secara mendalam oleh dirinya, dan memiliki makna penting bagi partisipan.

Contohnya, peneliti ingin menggali pengalaman stress pada tenaga medis selama pandemi. Fokus fenomenanya adalah ‘pengalaman stress yang dialami tenaga medis’.

2. Menyusun Pertanyaan Penelitian Fenomenologis

Pertanyaan penelitian dalam fenomenologi bersifat terbuka, eksploratif, dan tidak mengarahkan. Pertanyaan umumnya diawali dengan “Bagaimana pengalaman…” atau “Apa makna dari…”

Pertanyaan ini diformat agar partisipan leluasa membagikan narasinya dengan detail. Semakin reflektif pertanyaannya, semakin kaya pula data pengalaman yang akan didapat.

3. Mengumpulkan Data Melalui Wawancara Mendalam

Proses pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (in-depth interview) atau focus group discussion (FGD). Peneliti sengaja menciptakan suasana netral agar partisipan nyaman bercerita tanpa tekanan.

Pada tahap ini, peneliti berusaha mendengarkan sepenuh hati, menggali emosi, pikiran, dan persepsi dari perspektif partisipan. Catatan lapangan dan rekaman audio dibutuhkan guna mendokumentasikan data secara akurat.

4. Melakukan Epoche atau Bracketing

Epoche, atau bracketing, adalah proses menunda prasangka dan pemahaman pribadi peneliti terhadap fenomena yang akan dikaji. Tujuannya agar peneliti tidak mengintervensi makna asli pengalaman partisipan.

Peneliti melakukan refleksi diri, menuliskan asumsi atau harapannya, lalu ‘menyimpannya’ sementara waktu demi menjaga objektivitas. Epoche dilakukan berulang-ulang di setiap tahapan analisis data.

5. Membaca Data secara Holistik

Setelah data terkumpul, peneliti membaca seluruh data wawancara secara menyeluruh. Membaca berulang membantu peneliti menangkap pola umum dan detail penting dari narasi yang disampaikan partisipan.

Pada tahap ini, peneliti mulai merasakan ‘rasa’ pengalaman partisipan. Setiap perasaan, makna, atau resonansi awal harus dicatat sebagai bahan analisis berikutnya.

6. Melakukan Reduksi Fenomenologis

Reduksi fenomenologis adalah inti dari analisis fenomenologi. Peneliti menyoroti bagian-bagian esensial dari data, lalu mengelompokkannya ke dalam tema-tema makna (meaning units).

Proses reduksi dilakukan secara induktif, dengan hati-hati memilah mana pengalaman yang bersifat inti (esensi) dan mana yang hanya deskriptif. Hasil akhir reduksi berupa kumpulan tema inti yang merepresentasikan makna pengalaman partisipan.

7. Menyusun Deskripsi Temuan Esensial

Langkah terakhir adalah menyusun narasi deskriptif tentang esensi pengalaman yang telah dirumuskan. Peneliti harus mampu merangkai hasil temuan dengan bahasa yang mengalir, jernih, dan tetap setia pada pengalaman partisipan.

Narasi ini mencakup makna umum yang dialami oleh partisipan dan relevansi temuan bagi bidang yang lebih luas. Penyusunan deskripsi esensial menuntut sensitivitas dan kepekaan terhadap aspek manusiawi dari data yang ditemukan.

Contoh Aplikasi 7 Langkah Fenomenologi

Fenomenologi telah diaplikasikan dalam banyak disiplin, misalnya psikologi, keperawatan, dan pendidikan. Contoh berikut menggambarkan implementasi tujuh langkah fenomenologi pada penelitian pengalaman guru selama pembelajaran daring.

Peneliti menentukan fokus fenomena, yaitu makna pengalaman adaptasi guru saat pandemi. Kemudian menyusun pertanyaan terbuka terkait strategi adaptasi dan tantangan yang mereka temui.

Selanjutnya, data dikumpulkan lewat wawancara dengan sejumlah guru. Epoche dilakukan untuk menahan asumsi pribadi peneliti yang juga sebagai pengajar.

Data dari wawancara lalu dibaca berulang, direduksi agar ditemukan tema esensial seperti: perubahan metode mengajar, beban kerja, dan keseimbangan peran keluarga. Terakhir, deskripsi esensial dirangkai dalam temuan yang kaya makna dan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kebijakan sekolah.

Kelebihan dan Keterbatasan Fenomenologi

Pendekatan fenomenologi memiliki sejumlah keunggulan signifikan. Pertama, kemampuan menggali makna mendalam dari setiap pengalaman subjektif.

Fenomenologi juga menempatkan manusia sebagai subjek aktif, bukan sekadar objek penelitian. Namun, metode ini membutuhkan waktu, kepekaan, serta keterampilan reflektif tingkat tinggi dari peneliti.

Keterbatasannya meliputi kesulitan dalam melakukan generalisasi hasil, serta potensi bias peneliti yang sulit dihilangkan sepenuhnya. Meski demikian, fenomenologi tetap relevan terutama untuk studi-studi yang berfokus pada pengalaman manusia.

Kesimpulan

Fenomenologi merupakan pendekatan penelitian yang berharga untuk memahami makna pengalaman subjektif manusia. Dengan menempuh tujuh langkah fenomenologi, peneliti mampu menyingkap esensi terdalam dari fenomena yang dikaji, mulai dari penentuan fokus hingga penyusunan deskripsi temuan esensial.

Penerapan fenomenologi tidak hanya relevan secara akademis, tetapi juga berdampak praktis dalam pengembangan kebijakan dan solusi berbasis pengalaman manusia. Meski menuntut kepekaan dan proses panjang, fenomenologi tetap menjadi pilihan utama dalam pencarian makna terdalam kehidupan manusia.

FAQ

Apa itu fenomenologi dalam penelitian?
Fenomenologi adalah pendekatan untuk memahami makna pengalaman subjektif yang dialami seseorang dengan menggali esensi fenomena dari sudut pandang partisipan.

Mengapa harus melakukan epoche dalam fenomenologi?
Epoche dilakukan agar peneliti dapat menunda prasangka dan pemahaman pribadinya, sehingga mampu menangkap makna yang murni dari pengalaman partisipan tanpa intervensi subjektif peneliti.

Apa perbedaan fenomenologi dengan grounded theory?
Fenomenologi berfokus pada mendeskripsikan makna pengalaman mendalam, sementara grounded theory bertujuan menghasilkan teori baru dari data kualitatif yang dianalisis.

Bisakah hasil penelitian fenomenologi digeneralisasikan?
Tidak, hasil penelitian fenomenologi bersifat kontekstual dan subjektif, sehingga tidak dapat digeneralisasi tetapi menawarkan pemahaman mendalam atas makna pengalaman tertentu.