Mengais Inspirasi Pagi dari Kisah Rusa dan Singa
Saya teringat sebuah kisah tentang seekor rusa. Mungkin sudah banyak yang mengetahuinya. Tapi, saya pikir tak mengapa pagi ini saya sedikit bercerita kembali tentang rusa tersebut. Semoga pagi ini kita bisa mengawali hari dengan lebih baik. Amiin.
Saya menyukai tanduk rusa yang diciptakan begitu indah. Bercabang seperti ranting pohon di atas kepalanya.
Meski demikian, setiap hari rusa selalu mengeluh karena ukuran kakinya.
“Ah, kenapa kakiku begitu kecil. Coba agak dibesarkan sedikit saja. Pasti menjadi lebih proporsional dengan tandukku yang cantik ini.”
Hari-harinya sering dihabiskan di tepi sungai. Memandangi tanduk cantiknya dan memujinya. Tetapi, setiap kali ia memandang kakinya, seolah ia merasa jijik dan ingin membuangnya.
“Ah, kaki ini terlalu kecil untukku.”
Di tengah keasyikan mengagumi tanduknya. Dari kejauhan terdengar suara singa. Spontan rusa melompat dan berlari dengan kaki kecilnya. Begitu cepat melesat. Segera menjauh dari terkaman singa.
“Kali ini rusa itu kembali terlepas. Semua ini karena kakinya yang begitu lincah. Hingga aku pun kalah cepat dengannya.” Singa itu mengumpat kesal. Memuji kaki rusa yang kecil.
Di dekat sebuah pohon rindang. Rusa terengah. Mengatur napas.
“Untung saja aku bisa segera berlari menyelamatkan diri, kalau tidak pasti aku menjadi santapan singa itu,” kata rusa bergidik ketakutan.
Keesokan harinya. Tanpa merasa bosan, rusa kembali memuja tanduknya di tepi sungai. Menatap bayangannya, bak Narcissus dalam mitologi Yunani, yang mengagumi keelokan rupanya sendiri, hingga membuat ia jatuh cinta pada dirinya sendiri.
Rasa kekaguman yang berlebihan pada diri sendiri yang akhirnya kini disebut narsis.
Seperti itulah rusa, hanya bedanya tak sampai membuat ia jatuh cinta pada dirinya sendiri. Karena tetap, di antara sekian banyak pujian untuk tanduk indahnya. Selalu terselip keluhan dan makian untuk kaki kecilnya.
Singa yang mengetahui kebiasaan rusa bersolek dan mengagumi tanduknya di tepi sungai. Kembali mengintai dan bersiap. Kali ini ia bertekad.
“Aku harus berhasil mendapatkan rusa itu.”
Pendengaran rusa yang tajam. Akan segera menangkap suara gemerisik rumput sekali pun begitu pelan.
Ada singa!
Bergegas kakinya berlari spontan. Begitu cepat menjauh, menghindari kejaran singa yang berambisi.
Hampir saja ia terbebas dari kejaran singa. Naas tanduk cantiknya tersangkut di antara ranting pohon.
Alhasil, kakinya yang begitu cepat tak bisa mengimbangi tanduknya yang tersangkut.
“Aaaa…! Bagaimana ini? Tandukku tersangkut. Aku tak bisa bergerak. Apalagi berlari.” Rusa menjadi histeris.
Berbagai upaya ia lakukan. Ia meronta-ronta, menggeliatkan tubuhnya ke kanan ke kiri. Berharap tanduknya segera terlepas.
Kepanikannya semakin menjadi manakala ia rasakan singa semakin mendekat.
Ambisi singa yang begitu kuat membuat rusa gemetar.
“Akhirnya,” kata singa.
Rusa malang. Tanduk yang selama ini ia kagumi menjadi petaka untuk dirinya sendiri. Sedangkan kaki yang selama ini ia caci dan umpat. Pernah menyelamatkannya dalam kejaran sang raja hutan.
Apakah pernah kita mengalami hal seperti rusa?
Mengagumi sesuatu, memuja sesuatu, dan melupakan hal kecil dalam diri kita.
Hal yang tampak tak berarti. Biasa saja. Namun, ia ternyata adalah kelebihan luar biasa yang kita miliki. Namun, sering kita malah mengumpatnya, dan jauh dari kata syukur.
Semoga kita tidak termasuk dalam golongan rusa. Eh, semoga kita termasuk golongan orang yang bersyukur. Amiin
Repost from https://walidahariyani.home.blog/2019/11/01/mengais-inspirasi-pagi-dari-kisah-rusa-dan-singa/
rumahmediagrup/walidahariyani
Aamiin yra…